Labuan Bajo


    Setelah liburan dari bali bersama kolega kantor, terbitlah wacana roadtrip bali-flores, start dari bali sampai dengan larantuka. Sumba juga termasuk dalam alternatif, namun ada beberapa pertimbangan. 1) jadwal kapal ke sumba sangat tentatif, 2) banyak pemalakan. Alasan kedua berasal dari kicauan burung, tapi kami ga mau ambil resiko. alasan pribadi gue lebih memilih flores ketimbang sumba adalah karena sumba udah ada trip overland nya, coy.. sedangkan flores, setau gue hanya sebatas komodo dan waerebo. namun sayang-seribu sayang roadtripnya batal karena kurang orang untuk share cost. jadi abang gue beli nissan evalia lalu dimodif sedemikian rupa interiornya sehingga menyamai mobil van dengan kapasitas empat orang. dua orang duduk di depan dan dua orang bisa tidur di belakang. agar ekonomis kami perlu empat orang untuk sharecost, sehingga biaya per kepala adalah sekitaran tiga juta rupiah Denpasar - Larantuka PP. Karena yang ikut hanya bang randi dan gue, jadi biaya sharecostnya hampir tujuh juta rupiah. kurang ekonomis menurut gue. semuanya batal. karena gue merasa tanggung banget udah di bali, kenapa gue ga lanjut aja ke arah timur? Labuan bajo seems interesting karena gue emang pengen banget ke sana dari dulu. berbekal mental solo backpacker nekat, info opentrip nanya ke @agiueo, dan nothing to lose, gue booking tiket ke bandara intl komodo h-1. selesai gue bayar tiket dan antigen, terbitlah berita PPKM jawa bali serta persyaratannya. Damn!

itinerary 3D2N sailing komod dan pricelist kapal

itinerary 1 day sailing komodo


Puncak Waringin

     Rabu 30 Juni 2021 resmi pertamakali anak sotoy ini menginjakkan kaki di Flores, NTT. Porter-porter datang menghampiri penumpang yang baru datang. Para penumpang pun meregangkan pinggang sambil menunggu bagasi. sedangkan gue yang gapunya bagasi? gue selesaikan semuanya dengan dadakan. mulai dari booking hotel, rental motor, dan DP opentrip sailing komodo, semua selesai dalam 30 menit. untuk opentrip sailing gue gunakan jasa tour Indahnesia, bisa dicek guys web dan IG nya. gue ambil paket trip yang paling ekonomis yakni 3D2N sebesar 2,3 juta rupiah untuk kapal reguler. untuk booking feenya sendiri adalah 500 ribu rupiah dan wajib dilunasi sebelum sailing. untuk rental motor, gue sewa dari pak haji edi yang ada di gang perikanan, kontaknya dapat dari bang aldi, kontaknya bang aldi gue dapat dari bang cristo maumere, kontak bang cristo gue dapat dari Pak Hafiz, kolega kantor (panjang ya rantainya). ekonomis guys, sewa motor 80 ribu/hari dapat mio atau beat (bukan yang 2010 yaa). langsung gue sewa buat empat hari, rabu, kamis, minggu dan senin. bayarnya cash dimuka. untuk penginapan gue pilih di Bajo Sunset Hostel. Setelah ngisi eHac gue browsing tentang makanan khas lokal, ternyata gada warung makan khas daerah gitu. Ada sih, tapi sei babi... keluar bandara nampaklah nasi padang. bincang-bincang dengan orang sekampung, beliau mengaku sudah 25 tahun di LBJ (nasi telor perkedel 25 ribu). jago juga ya ngelihat prospeknya. karena masih disorientasi, gue minta bantuan pak haji edi untuk arahan ongkos ojek agar tidak dimahalin. 10 ribu cukup untuk ojek dari bandara ke gang perikanan, ucapnya. lalu gue datangi ojek, tawar menawar pun terjadi dan deal 10 ribu, meski muka si abang agak murung. sampai di tempat pak haji gue basa basi sedikit lalu minta keterangan seputar lalu lintas di LBJ, asal menggunakan helm semua amat coy. tidak perlu bawa stnk dan sim. kalau ada razia dan penyewa terjaring pak haji will come to rescue, he is just a call away! setelah itu pastikan kondisi motor prima, dari ban, rem, stang, spion, you name it. khawatirnya kejadian di Belitung terulang lagi (selengkapnya bisa baca di : catatan perjalanan belitung ). 

Haji Edi dan nomor telepon nya

 

    matahari tepat diatas kepala, gue tancap gas keliling kota. Jangan lupa isi bensin dulu karena motor disewakan ketika bensin satu bar. harga pertalite eceran di LBJ adalah 10 ribu/liter. perut mulai keroncongan dan gue berhenti sejenak lalu makan nasi padang di puncak waringin. Bagus banget! dari sini gue bisa melihat teluk LBJ dan kapal-kapal yang hilir-mudik dipadukan dengan birunya laut dan langit serta coklatnya pulau-pulau di seberang.



    diri ini enggan untuk langsung check in ke hostel, karena excited gue melancong ke arah utara dari puncak waringin sampai puri komodo resort. pemandangannya indah pakai banget. walaupun banyak tempat kujalani, tapi tempat ini rasanya asing. kegersangannya justru menarik hati saya. walaupun panas terik tak ada awan serta tak ada baju lengan panjang, gue sangat puas dengan touring motor singkat ini. tiap lima menit ada kali gue berhenti di pinggir jalan lalu poto-poto. gak jarang juga sambil motoran gue ngerekam video pemandangan (jangan ditiru kawan-kawan, ini ga safety). gue bahkan sempat berteori saat duduk-duduk istirahat dipinggir jalan.

 

Catatan: amati betul lalu lintas di LBJ karena banyak jalan satu arah, namun tak ada marka satu arah

 

"sepertinya fenomena perbukitan dengan rumput kering ini terjadi karena tipisnya lapisan tanah, terlihat dari singkapan pinggir jalan. tanah yang tipis disebabkan karena pelapukan yang tidak intense yang disebabkan rendahnya curah hujan (sebagai salah satu kontributor terbesar pelapukan)" -andre, 2021

setelah puas keliling LBJ gue check in ke hotel dan bobo cantik sebentar. Set alarm jam 17.00 WITA biar bisa ngejar sunset. 

Spot sunset terbaik ada di utara kota LBJ, tepatnya ada di tiga bukit ternama: bukit sylvia, bukit amelia, dan bukit Elora. Bukit Sylvia dan Amelia ada di dekat perempatan yang ada di selatan Mohini Resort, letaknya di timur jalan, kalau kalian motoran sore-sore kalian pasti akan sadar ada keramaian diatas bukit. itulah lokasinya. Dan kerennya, belum ada tukang parkir walau banyak motor parkir. coba kalau di Jawa, pasti udah jadi ladang penghasilan. altho i hold no grudge againts tukang parkir. bagus untuk ambil poto ke sisi timur, tapi menurut saya untuk menikmati sunset ada bukit di sebelah barat jalan. tidak terlalu nanjak dan pemandangannya langsung ke arah laut. plus, bukit ini sepi. Sampainya di parkiran motor gue cek dompet di tas. ga ada. gue lari ke atas bukit, celingak-celinguk kebingungan sambil mengobok-obok rumput kering. salah satu pengunjung di sana bertanya ada apa. gue jawab "saya lupa bawa dompet atau tidak" dengan nada kalem tapi dalam hati kebakaran jenggot. gue lari turun dan tancap gas, semoga ketinggalan di hostel. masa iya sih hari pertama udah kaya gini, bala juga. ternyata dompetnya ada di bawah bantal, epic fail.


 
kemesraan abang dan kakak itu dipadukan dengan momennya bikin envy, guys.. jomblo oh jomblo

Di hostel gue ketemu temen baru, namanya Dito asal dari jogja. dia ke sini karena pamannya kecelakaan trauma ringan di kepala ketika touring motor menuju Bajawa. Si paman dirujuk ke RS siloam LBJ dan dirawat di sana. sedangkan dito stand by di hostel menunggu pamannya pulih.  Semisal tidak ada kecelakaan, target mereka adalah menyebrang dari larantuka ke kupang lalu lanjut ke atambua, perbatasan RI-Timor leste. Cukup menarik, haruskah kita extend trip kita dari larantuka ke atambua, bang randi?

Kamis 1 July, setengah sadar gue bangun kesiangan sambil berharap "july, please be nice". gue naik ke bar hostel, memesan free breakfast yang terdiri dari omelette dan teh/kopi sambil melihat ke arah pasar ikan layaknya kucing yang duduk di atas pagar dan judging semua makhluk yang lewat. Sisa rombongan touring kecuali dito dan pamannya pamit pulang ke jawa via kapal. sementara gue bingung hari ini kemana. salah juga sih emang booking tiket buru-buru jadi satu hari kebuang begitu aja. tapi sudah terjadi, fuck it. setelah berselancar di dunia maya, gue putuskan destinasi ini adalah Gua Batu Cermin dan Gua Rangko.

Setelah makan siang, langsung ku gas kuda besi ke arah Gua Batu Cermin. Berbekal gmaps, hati ini tiada perasaan takut tersesat. semuanya cukup sesuai, greenboard pun menunjukan hal yang sama. sampai akhirnya saya tiba di pasar batu cermin dan belok ke arah kanan. menurut gmaps ini adalah lokasi goa. nyatanya, ini kebun warga. kosong tak ada orang. padahal gue udah ada ekspektasi akan melihat parkiran motor atau mobil. tapi ga ada. gue keliling-keliling. tapi tetap angkuh mengandalkan gmaps. padahal ada beberapa orang yang bisa gue tanya. inilah kejadian nyata dari "malu bertanya sesat di jalan". karena bete, siang itu gue pulang ke hostel tanpa hasil lalu bobo siang. traveling macam apa ini.

tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, gue cari info lebih detil lagi tentang Gua Rangko melalui review di gmaps. waktu terbaik untuk mendatangi gua ini berkisar pada jam 15.00 WITA. karena mulut gua menghadap barat dan pada jam tersebut cahaya matahari masuk sepenuhnya ke dalam kolam gua. jika datang sebelum itu? gelap yang kau dapat, nak. dari hostel, mio eco friendly ini melaju ke arah utara dan sebelum Mohini belok ke kanan. ikuti saja penunjuk jalan dan kalian akan tiba di kampung rangko. 70 persen jalanan masih sangat mulus dan 30 persen sedang dalam perbaikan. dalam perjalanan menuju rangko kalian akan mendapati terminal multipurpose komodo dan PLTMG Flores. di sekitar sini gue kena prank oleh warga. jadi di LBJ gue naik motor santai, pelan-pelan sambil menikmati pemandangan. sebelum bertemu terminal, gue mendapati pria paruh baya beristirahat di bawah pohon tepi jalan dengan motornya. gue sapa sambil jalan, dia nyengir. lima menit kemudian gue dibuntuti si pria. gue ngebut, dia ngebut, gue pelan, dia pelan. walau masih siang, jalanan sepi banget men. akhirnya karena jalan rusak di depan PLTMG gue melambat. lalu dia bertanya "mas mau ke Gua ya, mari saya tunjukkin jalannya". ternyata dia orang baik. gue kira gue bakal dibegal. 

Bisa ga bacanya?

 

    kami bertemu dengan nelayan lokal, mereka bisik-bisik pakai bahasa daerah. mungkin si pria mau minta komisi ke warga. terjadilah tawar menawar. awalnya si nelayan lempar harga 250 ribu, gue tawar 150 ribu sambil beralasan karena gw sendiri dan nanti perlu bayar uang retribusi lagi untuk masuk ke Gua Rangko sebesar 20 ribu. Dia banting harga 200 ribu. Gue tetap gamau. saling nego lagi. akhirnya gue bluffing, "yaudah, saya tunggu aja orang lain datang biar lebih irit", walaupun sebenarnya gue pesimis akan ada yang datang lagi. kena deh mereka, kita deal 150 ribu. Si nelayan menyiapkan kapal, dan bilang ke gue " bang kalau nanti ditanya penjaga goa bilang sewa kapalnya 200 ribu ya". gue mengangguk. si nelayan membawa dua remaja yang ternyata adalah keponakannya. penyebrangan hanya berdurasi kira-kira 10-15 menit. sangat tidak worth it guys untuk solo di spot ini. tapi mau gimana, namanya juga trip dadakan. bukan kali pertama juga gue solo traveling. kalau ramai-ramai bisa setengah harga. misal ada rombongan lima orang, maka nelayan akan melempar harga 400 ribu perkapal (sharecostnya jadi 80 ribu per orang). Setelah membayar retribusi sebesar 20 ribu rupiah, salah seorang keponakan si nelayan menemani gue trekking ke gua, ga sampai lima menit kami sampai. ternyata sudah ada rombongan lain di dalam, dan mereka hendak berberes dan pergi. ternyata mereka ikut paket sailing juga, tapi dari operator lain. setelah mereka pergi barulah gue bisa menikmati telaga yang ada di dalam gua dengan eksklusif. setelah gue mengajari si remaja untuk take foto dan video, gue renang. sambil relax gaya punggung, gue mewawancarai si remaja. dari info yang gue dapat, mayoritas warga kampung rangko dan LBJ adalah muslim. berbeda dengan ekspektasi gue "NTT sarat akan katolik". rata-rata warga LBJ dan Rangko adalah pendatang. termasuk si remaja ini. tapi dia beragama katolik dan asalnya dari Lembor. dia juga mempromosikan wilayahnya "kalau kakak main ke lembor, jangan lupa ke gua istana ular". hmm.. dengar namanya aja udah malas rasanya. keindahan gua rangko sangat ciamik. betapa birunya air dan pantulan cahaya matahari membuat kolam sangat bening, ditambah juga putihnya dinding gua dan runcingnya stalaktit. sayangnya guys, kolam ini air asin aka air laut. jadi gue ga terlalu betah disini, mungkin kami cuma stay di sini selama 30 menit lalu kembali ke perahu. dan gw sangat menyarankan membawa kacamata renang atau goggle, pedih banget mata eug. dan sayangnya juga, kemampuan mengambil gambar si remaja bisa dikatakan kurang. agak shaky, miring, dan blurry. harus dilihat langsung liat dengan mata kepala kalian sendiri, guys, karena fotoku tak representatif.


 

    Keluar dari gua, jangan lupa nikmati pemandangan pantainya, guys. sayangnya, di sekitar Gua tidak menyediakan akses air tawar. jadi hanya bisa ganti baju saja. untungya gue orang yang cukup cuek dengan lengketnya air garam. jadi gaperlu buru-buru, ehe.


 

    Sebelum ke Hostel, gue mampir dulu ke bukit amelia sea view. biasalah poto-poto, walaupun banyak orang tapi gapapa. karena banyak orang jadi ada yang motoin.

Bukit Amelia Seaview

 

    tepat jam 18.00 azan berkumandang bersahut-sahutan di LBJ, gue mengetuk pintu rumah Haji Edi yang dijawab oleh istrinya. gue kembalikan motornya dan akan gue pinjem lagi minggu-senin, setelah Sailing. 

    Ketika traveling, jangan lupa ngobrol sama orang karena kalian akan dapat info-info yang mungkin berguna. Sampai di hostel, gue mandi dan ganti baju. gue berbincang dengan Dito yang lagi nge-vape. ternyata pamannya belum pulih. dia bilang mungkin harus stand by di LBJ sekitar seminggu. dan lucunya lagi, karena PCR adalah salah satu syarat flight, dia cari tempat PCR yang murah dan cepat. Ternyata hanya ada satu tempat, tak lain tak bukan ialah Siloam. Dan kita bisa dapat hasilnya tiga hari setelah tes... wtf. sementara hasil PCR yang diterima bandara ialah 2x24 jam sebelum penerbangan dan sesudah tes. kenapa lama sekali? karena hasil PCR harus dikirim dulu ke Kupang untuk diuji.. makin overthinking aja liburan gue. Ada info lain berupa kalau mau liburan yang irit banget kalian bisa tanya-tanya di warung seafod kampung ujung atau nelayan-nelayang di kampung ujung. Karena, kenalan si Dito, seorang mas-mas solo touring bisa explore padar, kelor dan komodo dengan biaya kapal 500 ribu dan semua destinasi dilibas dalam sehari. bisa dicoba guys, nanti kabarin kalau bisa ehe.

daripada stress mikirin PCR, gue melancong ke KFC karena saat itu sudah jam 21.30 WITA, semua warung makan sudah tutup kecuali seafood di tanjakkan kampung ujung. tau sendiri kan kemarin udah puas banget makan seafood tiap malam di Bali. oiya btw LBJ ada grab dan Starbucks.

    pagi jam 08.00, hp gue berdering ditelpon nomor tak dikenal. ketika gue jawab ternyata di sisi lain telepon adalah driver tour yang hendak menjemput turis. gue sambil memicingkan mata lagi dan melihat jam. betul jam 08.00. dan itinerary kumpul di meepo adalah jam 10.00 WITA. Kenapa driver ini semangat sekali? seharusnya dia tau hostel gue cuma lima menit jalan kaki dari meepo. dengan ketus gue jawab "belum siap, pak". setelah itu mandi, beli sarapan di depan Roxy. lalu kembali lagi ke hostel gue packing. jam 09.00 si driver nelpon lagi. kali ini gue iyakan.

    Di meepo, gue ketemu rombongan tur lainnya. mereka adalah Heri, Bang Jaya, Mba Iyos, Teh Imas, Kang Ahmad, dan Risa. Ingin tahu lebih lanjut? silahkan cek di bawah ini, ehe.



Heri, mining engineer di semen baturaja

orang di rombongan yang pertamakali nyapa gue. awalnya gue pikir dia lebih tua daripada gue, ternyata di akhir-akhir trip terungkap fakta bahwa ia adalah teman sma Sri Devi, teman sejurusan gue di kampus. kelahiran 97, bahkan dipanggil dek sama Devi. pernah diterima FGDP freeport tapi dia nolak, wtf. suaranya mirip nano, temen sejurusan gue juga.


 

Bang Jaya, karyawan di semen baturaja

perawakannya gw inget kaya papa bear, gelap, lebar, namun ramah. ia adalah suami Mbak Iyos, oiya mereka liburan ke LBJ dalam rangka bulan madu loh. mayan lah, antimainstream. sangat perhatian sama istrinya, makan diambilin, tisu diambilin, sangat manut. beliau bawa kamera slr juga, seringkali poto orang secara sukarela.


Mbak Iyos, karyawati di semen baturaja(?)

mba2 semampai berbehel ini ternyata adalah lulusan UGM, geodesi angkatan 2013. pas gue tanya kenal si A geodesi 2014, dia ga kenal. gimana nih UGM ikatan antar angkatannya haha. salah seorang yang ga bisa renang diantara semua peserta opentrip.

 

Teh Imas, banker di Mandiri

Kelihatan sih dari logatnya kita bisa tebak dia dari provinsi mana. kuliah di unisba jurusan gatau(?) angkatan 2013, kalau ga salah tinggal di Cimahi cyber city, anjay. Merupakan adik dari Kang Ahmad, padahal kalau boleh jujur gada mirip-miripnya. dia adalah musuh dari Risa. sering saling mencari kesalahan satu sama lain dan diakhiri dengan kalimat khas "keliatan kan aslinya".

 Photo

Kang Ahmad, akuntan di Toyota

nyunda banget. salah satu fotografer tambahan yang membawa kamera mirrorless. suka nongky di south bank atau sobbers. bahkan doi pernah buka puasa disana cuy, haha.. oiya punya suara yang cukup merdu, menurut gue


 

Risa, karyawati di perusahaan manufaktur kabel

warga bandung coret, lebih tepatnya di Kiaracondong. tapi mengaku keturunan Bengkulu. perawakannya selebgram banget guys. semampai dan putih. seumuran sama gue. hobinya adalah menjadi model foto, guys. stok fotonya adalah yang paling banyak diantara kami ber-9. sebelum ke LBJ dia udah screenshot in pose-pose ig selebgram sebagai referensi. tiap destinasi di LBJ dia punya outfitnya sendiri. memang sangat well prepared. sering berseteru dengan Teh Imas. Memiliki pose andalan yang dipakai dalam setiap poto, pose "silau men".



 

Ardhy, tour guide opentrip LBJ

warga asli kampung modo, pulau komodo. perawakannya yaa seperti orang timur. di rekomendasikan oleh @agiueo karena sangat sabar menghadapi kemauan agi yang ribet pose poto-potonya. tapi pas doi gue sodorin poto si Agi dia jawab lupa. dulu beliau adalah tour guide eksklusif operator indahnesia, tapi semenjak pandemi, kebijakannya berubah dan dia dioper kemana-mana.

    setelah ngobrol-ngobrol bentar, ternyata dari tujuh peserta, hanya gue yang pakai Indahnesia. yang lainnya dari Lyla adventure.

    dari dermaga, tas dan koper kami diangkut oleh ABK, lalu kami naik perahu motor kecil dan sampai di kapal kami. namanya Vini, sebuah kapal reguler. ukurannya tidak terlalu besar namun saya tetap puas dari segi penampakannya. di atas kapal nama kami diabsen satu-persatu. sekalian juga menentukan koper ini atau tas ini milik siapa, karena kamar akan dibagi berdasarkan nama yang disebutkan. Gue sekamar dengan Kang Ahmad dan Heri. ada tiga kamar tamu. dua kamar dengan empat bunk bed dan satu kamar bulan madu. Semua kamar ber AC. dilantai dua dilengkapi dengan kursi tidur dan bean bag. cocok banget buat yang mau tanning.


sisi kapal

Jadi disini tempat makan kami guys, kalau diperhatikan dengan seksama ada pintu kecil yang bisa dibuka, itu adalah pintu kamar. dan yang berkaca gelap adalah ruang nahkoda


kami diangkut ke vini dengan menggunakan perahu motor kecil. lalu perahu ini ditarik vini nantinya. bang ardhy mulai pengenalan dan destinasi yang akan dikunjungi hari ini: Pulau Kelor, Manjarite, dan Pulau Kalong. tapi semuanya protes karena ada satu destinasi yang terlupakan, Strawberry Stone. karena dalam itinerary Lyla adventure dan Bang Ardhy berbeda mereka berkoordinasi dulu, pada akhirnya disetujui bahwa hari ini kami dapat empat destinasi. Durasi perjalanan menuju Pulau Kelor memakan waktu sekitar satu jam. untuk welcome drink kita dapat jus buah naga. sangat segar. dan untuk pertama kali minuman tumpah. sebenarnya waktu itu ombak tidak terlalu kencang, tapi karena si Risa meletakkan gelas pada bagian tepi meja persis makanya tumpah. kalau mau aman gelasnya dipegang saja, jangan diletakkan di meja.

jam 11.00 WITA kami sampai di Pulau Kelor. ketika memasukin dermaga. terlihat banyak warga lokal yang menjual souvenir berupa gelang mutiara, boneka komodo kecil yang diukir dari kayu, piring dari kerang yang sudah dipoles, kalung-kalung, makanan, dan minuman. Namun atraksi dari pulau ini bukanlah souvenir, melainkan trekking manja ke bukit lalu poto dengan latar perbukitan Flores. trekkingnya ga sulit kok. gue aja bisa pakai sendal karet. Tapi, kalau emang ga biasa hiking ya kelihatan sih. waktu poto-poto gue menyaksikan, jadi ada keluarga ibu-ayah-anak. Si ibu dan bapak kecapean, tapi karena sesi poto mereka tersenyum perih. sementara anaknya yang sekitar usia delapan tahun, udah hampir semaput. matanya udah putih. tapi karena mau poto si anak di cheer up bapaknya sambil di goyang-goyang. agak kasian sih. tapi memang kalau ikut opentrip resikonya adalah harus ikut jadwal dan waktu.



    Selesai poto-poto, kami menunggu Bang ardhy di dermaga. sekitar 30 menit, munculah dia dengan dua peserta opentrip lainnya, Kak Nana dan Kak Indira. Mereka terlambat datang karena baru tiba di Bandara Komodo siang ini. Hal tersebut dikarenakan mereka transit di Bali, dan Bali mengeluarkan kebijakan siapapun yang masuk Bali harus PCR. Di rencana awal, mereka hanya perlu menunggu antigen selama 15 menit lalu lanjut, namun mereka menghabiskan satu malam menunggu lampu hijau untuk terbang ke LBJ. Sampai dermaga ternyata mereka ketinggalan Vini. Mau tak mau sewa speed boat untuk mengejar kami yang ada di Kelor. 

 

Kak Nana, Guru SMP

Mukanya kaya inang-inang di lapo medan tapi putih. Teh Imas bahkan bilang dia kaya Chinese Surabaya, padahal Chinese Banjar. sempat gue becandain, "kak, main ML ga, namanya mirip mage di ML". pekerjaan beliau adalah guru di Pekanbaru, yailah orang Riau. asalnya dari Kab. Indragiri Hilir. Taken ya, guys.

tuh wibu banget kan, posenya "shinzo sasageyo", bajunya AOT banget...

 

Kak Indri, Guru SMP

Kayanya ngajar di satu sekolah yang sama dengan Kak Nana. untung ada kakak ini, dia bawa speaker JBL yang meramaikan suasana. ga disangka ternyata dia fans AOT garis berat, spotifynya ada lagu-lagu AOT. entah dia hanya fans AOT atau wibu garis berat. tapi ga bau bawang sih.

    perjalanan menuju spot snorkeling Manjarite memakan waktu kurang lebih satu jam. Sembari kapal bergerak, kami disambut dengan makan siang, yey. asli gue udah lapar banget. Sejujurnya gue pengen banget makan dua piring. Tapi, karena mau berenang, gue cuma makan satu piring aja. Lauknya enak guys, ayam gulai, ikan tepung, dan sayur. Makanan ini dibuat dalam dapur ukuran 1x1 di belakang ruang nahkoda. 



    Dari kejauhan mulai nampak orang-orang berpelampung. Kami sampai. Semuanya sudah ganti outfit. Kecuali gue, yang cuma buka baju. Bang Ardhy membagikan goggle dan fin sembari menyiapkan gopro. Vini diparkir, kami naik perahu kecil. Semuanya pakai pelampung kecuali gue, Bang Jaya, dan Bang Ardhy. Mungkin mereka hanya mau bersenang-senang di permukaan saja. we are ready to have fun! Baru sebentar nyebur, Kang Ahmad naik keatas, begitu juga Mba Iyos, sedangkan Bang Jaya jadi pakai pelampung. Mereka mengaku bisa berenang di kolam renang. Tapi, memang dimaklumi, laut lebih mengintimidasi daripada kolam. Untuk pesona bawah laut, Manjarite cukup memukau menurut gue karena terumbunya ramai dan sehat. Sayangnya, kebanyakan berwarna gelap, kaya hijau gelap, biru gelap, coklat gelap. Ga ada yang warna merah terang, oren terang kaya di Karimun Jawa. Ikannya juga sedikit, tapi agak salah sih lupa bawa roti atau mi buat mancing ikan. Biar poto ala-ala.


 


    Setelah puas snorkeling, kami bertolak ke Strawberry Stone. Dari namanya obvious sih, pasti ada batu bentuk stroberi, atau ada batu yang warna merah muda. Ternyata yang kedua, guys. Semua orang sudah ready dengan outfitnya, terutama Bang Jaya dengan kemeja pantai merah yang menusuk mata dan Risa dengan dress nya (beda lagi dengan yang tadi siang). Sedangkan gue, masih pakai celana merah yang kering di badan dan kaos belel, udah kaya ABK (anak buah kapal). Dari kejauhan, Strawberry stone terlihat seperti bukit cadas berwarna putih, perlu manjat-manjat dikit, ga separah Kelor kok. Ketika sudah sampai diatasnya, barulah terlihat bahwa batu yang kita pijak ini berwarna merah jambu. Melihat batuan ini, gue jadi ingat kuliah lapangan di Karangsambung. Dimana ditemukan juga batu rijang, warnanya merah juga. Menurut gue, strawberry stone ini adalah induk batuan dari Pink Beach. Jadi batu pink ini kena erosi sampai jadi pecahan pasir-pasir pink, jadilah pasir tersebut terdapampar di pantai pink. Tapi jangan percaya sama si sotoy ini, para geologist, carilah kebenarannya!


    Puas di Strawberry stone, Vini berlayar ke spot terakhir untuk hari ini, Pulau Kalong. Beda dengan spot-spot sebelumnya dimana kita bisa berlabuh atau berenang, di Kalong kita hanya memandangi sunset dari kejauhan. Nampak juga sangat banyak kapal (mungkin ada 20 lebih) sedang melakukan hal yang sama dengan kami. Ketika fajar tergelincir, saat itulah para kelelawar bermigrasi dari Kalong ke daratan Flores. Kalau dugaan gue si mereka cari makan di Flores, kan mereka nokturnal. Ada ribuan kelelawar yang terbang cuy, jadi kalian ga perlu takut kelewatan momennya karena migrasi berlangsung bisa sampai 15 menit. Kami sebagai orang yang baru pertamakali lihat fenomena semacam ini takjub. Sambil duduk di bean bag, gue ga bosan-bosannya mengabadikan momen.

Zoom untuk melihat kelelawar

    Tak perlu menunggu lama, langitpun mulai bersih dari kelelawar. Vini mulai lagi berlayar ke arah Padar. Sekarang langit dihiasi dengan bintang-bintang. jernih dan jelas dengan mata kepala, ada bagian putih-putihnya. Mungkin itulah yang disebut Milky Way. Tapi, tidak seperti di gunung, keindahan saat ini tak bisa kami abadikan lewat kamera. Alasannya sederhana, karena kami ada di atas kapal. Tidak stabil. Sedangkan untuk mengambil poto bintang, dibutuhkan kestabilan dudukan kamera, minimal 30 detik, sesuai dengan shutter speed. Yasudahlah, mungkin stargazing sambil rebahan di bean bag adalah jalan ninjaku. 

    Leher gue mulai sakit ngeliatin bintang. Gue mulai pergi ke bawah ke ruang makan. Sudah hampir pukul tujuh tapi makanan belum juga muncul. Dikala itu gue mendapati Kang Ahmad yang lagi cari nyari hpnya yang satu lagi, yang samsung. Dinyalakannya lah flash, beberapa saat kemudian seorang ABK datang dan menjelaskan bahwa kita tak boleh menyalakan cahaya di depan ruang kemudi ketika nahkoda sedang mengarahkan kapal. Karena, sangat mengganggu pandangan nahkoda dan bisa berakibat fatal untuk kapal.

Dinner dengan kepiting, squid ring, ikan tepung, dan sayur

     FYI: HP delapan peserta lainnya adalah iPhone, sehingga agak sulit untuk mereka berbagi foto ke gue yang hpnya samsung. Dasar kaum-kaum borjuis, wkwk. Sesama iPhone bisa berbagi menggunakan airdrops, untungnya mereka baik. Jadi file potonya di convert dulu ke .heic dan dikirim di WA by documents. Tidak baik jika langsung dikirim via WA karena resolusinya bisa turun puluhan kali lipat.

    Setelah makan malam, waktunya bobo karena tidak ada agenda lagi. Sepertinya orang-orang juga lelah karena habis berenang. Saat itu kondisi kapal sedang berlayar. Ombak sedang tinggi-tingginya. Ada yang keluar kamar dan muntah-muntah di sisi kapal. Vini akan terus berlayar sampai tiba di Padar. Hal ini lebih nyaman untuk ABK. Lebih baik berlayar hingga tengah malam lalu tidur ketimbang berhenti berlayar, lalu bangun lagi dini hari untuk berlayar. Karena ngantuk, gue buka kamar, ugh! Bau fogging. Ternyata kamar kami yang paling dekat dengan mesin kapal, jadi masuk ke kamar. Karena itu, kami bertiga tidur di luar terlebih dahulu sampai kapal berhenti. Setelah kapal berhenti, kami masuk kamar. Meski masih bau asap, kami tetap tidur dengan pintu terbuka dan AC menyala (untuk mengusir asap). Sebenarnya tak perlu menyalakan AC di malam musim kemarau karena udaranya cukup sejuk dan nyaman untuk tidur, walaupun sedang di laut. 


Comments

Popular posts from this blog

CATATAN PERJALANAN GN SINDORO 3153 MDPL VIA KLEDUNG

Catatan perjalanan: Kasepuhan Ciptagelar dan Beras Berusia Puluhan Tahun