CATATAN PERJALANAN SUMBING 3371 MDPL (SOLO HIKING)

Jenuh dan resah akan waktu off roster yang hampir habis mendesak saya untuk kabur ke luar kota. Dari Rabu malam saya coba chat teman-teman sejurusan tapi semuanya memberi tanggapan negatif atas rencana saya, maklum makin dewasa ini makin sibuk. Awalnya saya ingin gabung dengan mereka untuk mendaki Sumbing tanggal 30 Agustus. Namun, saya sudah terbang lagi ke site tanggal 5 September, khawatirnya ada hal mendadak yang harus disiapkan. Kamis malam saya coba telpon agen bus Sinar Jaya, 3 nomor saya coba, tak ada yang mengangkat. Tiba-tiba saya dichat teman SMA saya, Ridho. Dia dan teman-temannya (Nopal, Yahya, dan Mail) hendak mendaki Prau, mereka berangkat dengan mobil taruna Ridho yang masih ada sisa satu bangku. Solusi masalah saya selesai. Berangkat Jumat sore tiba di terminal Mendolo Sabtu subuh, saya lanjutkan perjalanan sendiri ke Sumbing.

Di seberang terminal, saya naik bus menuju Desa Garung, mayoritas isi bus adalah petani sayur yang hendak mengantar sayur ke pasar. Perjalanan sejauh 14 km ini dibanderol dengan harga Rp. 15.000. Saya kira Basecamp Garung terletak dipinggir jalan seperti Basecamp Kledung (Sindoro), ternyata harus jalan sekitar 500 m ke dalam. Tak apalah karena waktu masih dini, hitung-hitung pemanasan.

Sampai di basecamp saya disambut oleh hiruk-pikuknya para pendaki lain. Ada yang baru datang, ada yang baru bangun, ada packing. Pendaki didominasi asal Jateng dan Jabar (mungkin karena gunung-gunung di Parahyangan terlalu dikomersilkan secara ekstrim). Karena baru jam 6, saya duduk-duduk dulu sambil ngecas hp dan powerbank.

Basecamp Garung

Pemandangan pagi ini

Jam 10 akhirnya saya mendaftarkan diri ke Basecamp, saya bilang saya mendaki sendiri dan si mas nya kaget. Tapi tetap diperbolehkan. Beliau memberi form dan menginstruksikan saya membaca dengan teliti, jika melanggar akan kena denda Rp 1.025.000. Saya baca dengan teliti, saya tulis perlengkapan apa saja yang saya bawa dan saya tandatangangi. Kemudian saya membayar uang retribusi sebesar Rp. 25.000 dan mendapat trashbag. Berhubung saya malas, saya beli tiket ojek gunung juga di tempat yang sama, harganya Rp. 25.000.

Pendakian Sumbing via Garung

Berbeda dengan ojek Sindoro yang konfigurasinya penumpang di belakang, ojek Sumbing memakai gaya yang berbeda seperti gambar di bawah. Motor yang digunakan pun adalah motor trail, jadi memang sesuai. Saya tidak sempat mendokumentasikan rasanya naik ojek ini. Tapi saya lebih baik naik roller coaster dufan ketimbang naik ojek ini. Badan saya terpental ke kanan dan kiri dan ojek ini tidak mengenal istilah rem ketika tanjakkan, jadi ketika ada gundukkan tanah tetap dihajar, sehingga motor melambung ke udara. Sekitar 10-15 menit naik ojek saya sampai di pos 1.

ojek sumbing via garung sumber http://duapagiwae.blogspot.co.id/

Tidak perlu beristirahat di pos 1(Malim) karena tenaga masih penuh. Saya lanjut perjalanan dengan nempel-nempel ke rombongan lain untuk meminimalisir resiko nyasar terhitung pukul 10.33 WIB. Trek pos 1- pos 2(Genus) cukup menyenangkan, walaupun pasirnya cukup tebal namun masih ada pohon-pohon besar yang melindungi pendaki dari sengatan sinar matahari.

Pada perjalanan pos 2-pos 3 pendaki akan menemukan daerah yang bernama engkol-engkolan. Saya sendiri gatau artinya apa, tapi trek zig-zag ini kaya neraka bocor pas siang hari. Tak ada pohon di jalur pendakian sehingga pendaki terpapar sinar langsung. Ditambah lagi pasir yang sangat tebal sehingga mengganggu pernapasan dan penglihatan (ini yang paling ngeselin, kelilipan). Pukul 12.30 WIB saya sampai di pos 3 (Pestan).

Sebelum mendirikan tenda, saya berdiskusi dengan porter yang sedang duduk-duduk di warung (Gorengan @Rp 2000, Es Nutrisari @Rp 6000, Aqua 1.5L @Rp 10.000 ) tentang campsite yang nyaman. Prinsip saya sebenarnya sebisa mungkin mendirikan tenda sedekat-dekatnya dengan puncak. Tapi ketika dia bilang untuk menuju pos 4(Watu kotak) sangat menguras fisik jika membawa carrier dan tempatnya terbatas (ini yang paling penting), saya memutuskan untuk camp di sini saja.

Di bawah Pestan

Karena saya bingung mau ngapain setelah mendirikan tenda, saya makan lalu tidur. Bangun jam 5 sore, dan saya di sambut oleh sunset nan ciamik. Dan tiba-tiba sudah ramai. Bosan lihat Sunset, saya makan lagi, lalu (berusaha) tidur lagi.

Sunset dengan latar Sindoro

Saya terbangun pukul 3.30 WIB, sial... Padahal alarm sudah saya set pukul 1.30. Dengan lapang dada saya merebus mie (lagi) sebagai tenaga untuk summit. Jam 4 saya mulai mendaki. Secepat mungkin saya kejar lampu-lampu yang sudah mendahului saya karena khawatir nyasar. Satu persatu saya tanyai rombongan yang saya temui dan saya akan menempel dengan rombongan yang pernah naik Sumbing, begitu triknya. Sesungguhnya kawan-kawanku, lelah ketika summit menumpulkan semua indera, diperparah lagi dengan kegelapan yang menyesatkan. Pukul 5.30 saya sampai pos 4, sial... mentari sudah merangkak naik...

Sunrise di Watu Kotak

Penyakit saya ketika mulai sunrise adalah... melambat... yak. Karena lighting nya mulai bagus, saya memanfaatkan semua rombongan yang saya salib untuk memotret saya.

"yang penting Gunungnya mbak, sayanya mah bebas"

Setelah berjalan cukup lama sekitar 60 menit, akhirnya saya sampai di puncak pertama Sumbing, Puncak Buntu, saatnya poto dengan jaketoren!

Silau brok
Karena cukup muak dengan keramaian Puncak Buntu, saya melanjutkan perjalanan ke Puncak Sejati. Perbedaan elevasinya tidak terlalu jauh. Tanggung ga sih kalo ga kesana? haha



Jalur merah=Ekspektasi, Jalur kuning=Realita. Jika kalian perhatikan dari puncak sejati, maka di jalur merah akan terlihat webing-webing berwarna merah dengan kesan "wah gila ini mah panjat tebing". Ternyata kita bisa memutar jalan melalui jalur kuning.

Setelah 15 menit mendaki dari Puncak Sejati - Rajawali, akhirnya saya mendapat pemandangan full 360 derajat dan juga sinyal 4G. Total pendakian dari pos 3 adalah 2.5 jam.


Pemandangan di Puncak Rajawali 3371 mdpl dengan latar Slamet, Prau, dan Sindoro (kiri -kanan)

Pemandangan di Puncak Rajawali dengan latar Andong, Merbabu, Lawu (sangat kecil), dan Merapi (kiri-kanan)


Kawah Sumbing tidak seaktif Sindoro. Tapi tetap saja jangan nge camp dekat kawah ya.



Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

CATATAN PERJALANAN GN SINDORO 3153 MDPL VIA KLEDUNG

Labuan Bajo

Catatan perjalanan: Kasepuhan Ciptagelar dan Beras Berusia Puluhan Tahun