CATATAN PERJALANAN SEMERU ( FTTM MENUJU PUNCAK PART 2 )

CATATAN PERJALANAN SEMERU ( FTTM MENUJU PUNCAK PART 2 )


22-28 Mei 2015


            Sesuai namanya pendakian ini merupakan salah satu wacana dari idham selaku ketang, jadi buat part 2 ada 7 puncak : merbabu,semeru,argopuro,sindoro-sumbing,lawu dan rinjani.
SALMAN – ST. MALANG


            Kami kumpul di lapangan rumput salman dengan personil yang terdiri dari gw, alef,agus, anto,baim,barok,okta,adit,fatih,ovi,pandu, cime,wawan dan harry setelah solat jumat kebetulan sosialisasi jurusan yang dilakukan dalam rangka pengumpulan dana pengmas . lalu barang dibagi perkelompok. Dan kami cao ke st. bandung. Dengan modal tiket Rp. 190.000/orang kami berangkat jam 5, ternyata saat itu ada wulan yang ingin pulang ke malang juga. Perjalanan sekitar 16 jam kami lalui menyaksikan indahnya bumi indonesia lalu sampai di st. malang.


Row 1 kiri-kanan : cime(chandra), alef, pandu, agus, baim, fatih, gw, adit
Row 2 kiri-kanan : anto, okta, baroq, harry, ovi


ST. MALANG – PS. TUMPANG


            Keluar dari stasiun ada wartawan yang lagi cari berita dan kebetulan kami menjadi sorotan, kapan lagi coba masuk koran gara-gara naik gunung. Singkat cerita kami makan dulu di depan stasiun barulah mencarter angkot. Perjalanan cukup jauh  berkisar 1 – 1 ½ jam sampai ps. Tumpang dengan ongkos Rp. 25.000/orang. Ada hal aneh yang sempat menyorot mata gw dan agus selama perjalanan tadi yakni ada tulisan mie ayam seharga Rp. 3000/mangkok, YA 3000 rupiah, sedangkan di salman 3000 itu Cuma dapet 2 pisang kecil.


PS. TUMPANG – RANUPANI


            Di ps. Tumpang ternyata terdapat komunitas 4x4 yang menawarkan jasa jeep ke arah Ranupani dan di spanduknya terdapat tulisan :




Dengan tanda TNBTS ( Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ). Setelah ngebaca itu kami jadi berniat menggunakan jasa mereka  untuk transportasi. Tapi harga yang dibanderol terlalu mahal yakni Rp. 600.000 dengan kapasitas 12 orang, namun kami berhasil melobby dari segi kapasitas yakni 14 orang dengan tarif Rp. 700.000. carrier pun segera diikatkan pada bagian atas jeep dan kami siap berangkat. Sepanjang jalan kami menyaksikan keindahan Gunung Bromo dari kejauhan dan juga jeep sesekali ga kuat nanjak. Sebelum sampai kami sempat bertemu bule di pinggir jalan yang melambaikan tangan seolah isyarat nebeng, jadi kamipun membantunya. Setelah kami interogasi dia bernama Casper dan berasal dari Denmark, bahkan 6 bulan yang lalu dia baru aja berada di Nepal, atap dunia. Dan tak sampai berapa lama kami sampai di pos pertama.


            Ranupani adalah pos pertama pendakian semeru. Nama ini berasal dari danau yang terdapat di dekat pos. di pos ini kami dibriefing secara lengkap mulai dari mitos,fauna sampai kasus-kasus kematian. Karena hari sudah mulai sore jadi kami memutuskan untuk menghabiskan malam di sini. Sementara Casper mendapati beberapa masalah, yakni pemandunya, harival, tidak menampakan diri. Karena petugas tidak mengerti bahasa inggris beberapa dari kami berusaha menjelaskan keadaan. Akhirnya petugaspun mengalah dan membiarkannya mendaki ( agak curiga ini konspirasi/ bukan ). Malam pun kami habiskan di shelter sambil nulis-nulis titipan teman ( ya gaboleh bawa alat tulis waktu mendaki ).




RANUPANI – RANUKUMBOLO





            Perjalanan dimulai pagi hari, setelah kami makan di sebuah warung sekitar pos. trek sepanjang perjalanan didominasi dengan perjalanan mengitari bukit. Perjalanan dari Ranupani ke Ranukumbolo dibagi dalan beberapa pos dan di tiap pos ada penjual makanan : gorengan, semangka, aqua dan pocari. Harga makanan tentu makin mahal jika makin tinggi lokasinya. Baru beberapa menit jalan fatih yang waktu itu baru pertamakali hiking udah kena musibah, waktu dia istirahat dia duduk diatas kotoran..... Setelah perjalanan selama 6 jam sampailah kami di Ranukumbolo, sebuah danau dan campsite yang berada di ketinggian 2200mdpl. Di lokasi ini terdapat shelter yang terbuat dari seng,warga yang berjualan dan ada wc umum sederhana. Terdapat juga beberapa nisan pendaki yang menghembuskan nafas terakhirnya di gunung ini. Sebenarnya kita bisa lanjut ke Kalimati karena jaraknya Cuma 3 jam perjalanan, namun kami masih ingin menikmati keindahan tempat ini dan mendirikan tenda. Hal pertama yang kami lakukan selain mendirikan tenda adalah menyiapkan makanan. Walau cuaca terik tapi suhu lumayan dingin di sini karena angin. Satu hal yang gw sesalin ketika di Ranukumbolo, yaitu bintangnya bagus banget dan ada yang bawa DSLR. Sayangnya tak ada satupun dari kami yang ngerti astrofotografi.  Ditambah lagi suhu yang dingin yang membuat Ranukumbolo begitu terkenal. Oiya ini adalah tempat terakhir kami melihat Casper.




RANUKUMBOLO – CEMORO KANDANG


            Perjalanan dilanjutkan agak siang karena kami masih belum ingin berpisah dengan Ranukumbolo.  Tantangan pertama adalah melewati tanjakan cinta. Konon kalo ditanjakan ini kita ngeliat ke belakang maka kita akan sulit menemukan jodoh. Sebenarnya ada jalur alternatif selain tanjakan cinta, namun jalannya cukup jauh dan memutar. Setelah melewati tanjakan cinta dan turunannya,  akan nampak hamparan padang rumput, namanya Oro-oro Ombo. Padang rumput ini berwarna ungu ketika musim hujan, sering disalah artikan bahwa padang ini dipenuhi lavender padahal bukan. Setelah membelah Oro-oro Ombo akan terlihat hutan cemara. Di depan hutan tersebut terdapat sebuah plang yang bertulisan Cemoro Kandang, disini terdapat warga yang berjualan.


Oro-oro ombo


CEMORO KANDANG – JAMBANGAN


            Trek yang akan dilalui didominasi dengan tanjakan membelah hutan, endless tanjakan haha. Namun di suatu saat kami melihat Casper yang udah turun dari puncak. Doi bahkan memperlihatkan videonya di puncak dan video erupsi, Lalu turun meninggalkan kami. Entah kenapa video itu membuat kami bersemangat. Jambangan merupakan puncak bukit dengan ketinggihan 2600mdpl dengan latar Mahameru.


JAMBANGAN – KALIMATI


            Setelah Okta pulih, kami segera bertolak ke destinasi selanjutnya, Kalimati. Kalo boleh dibilang si, treknya bonus banget karena berupa turunan, sekitar ½ jam jalan kami sampai Kalimati. Kalimati merupakan hamparan sabana kecil ,terletak di ketinggian 2800mdpl (aneh lo padahal jambangan lebih tinggi dari kalimati )yang berlatarkan Mahameru. Di pos ini juga terdapat shelter yang mirip rumah dan terdapat Wc umum sederhana juga. ½ jam dari Kalimati terdapat mata air yang bernama Sumber Mani. Akhirnya kami memutuskan  untuk camping disini karena Kalimati merupakan pos terakhir yang memiliki campsite, sebenarnya ada pos selanjutnya yakni Arcopodo 2900mdpl, tapi kata petugas pos ini lagi longsor, yaudah. Kami langsung beristirahat jam 7 dengan harapan bangun jam 11 dan melakukan summit attack karena dari Kalimati ke Mahameru butuh 6 jam.


KALIMATI – MAHAMERU


            Kami bangun tepat jam 10.30. di luar tenda sudah ada suara pendaki lain yang melakukan persiapan. Segera kami menyeduh minuman hangat dan menyiapkan logistik, gw pribadi membawa daypack gw yang berisi roti tawar dan air. Karena belum pernah ada satupun diantara kami yang mendaki Semeru kami putuskan untuk mengikuti pendaki lain. Baru jalan 50 m dari campsite kami sudah nyasar. Akhirnya Agus sang leader dapat menemukan jalur. Dia berada diurutan paling depan memimpin kami dan rombongan lain, hebatnya. Setelah 1 jam pertama Anto mulai merasakan sakit perut yang luar biasa, sehingga kami sempat berdebat, antar anto ke tenda dan lanjut ke puncak atau PAKSA naik, ya PAKSA. Setelah 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai pada batas vegetasi. Dimana pepohonan tidak dapat lagi melindungi kami dari cengkeraman dingin angin gunung. Yang dibilang di film 5cm itu ada benarnya, ketika sudah dekat Mahameru, setiap 2 kali melangkah , kita akan terperosot 1 langkah. Tapi ada suatu siasat untuk menghadapi situasi ini : melangkah zig-zag. Batu- batu yang labil pun menggelinding bersahut-sahutan. Tak jarang pula ada pendaki asing yang berteriak “rocks!”. Inilah situasi yang sangat umum ketika mendaki Semeru. Namun, rencana kami gagal ketika fajar mulai menampakan keindahannya. “men, gagal sunrise-nya”. Setelah disiksa di zona non-vegetasi akhirnya anggota tim Semeru pun lengkap sampai dipuncak jam 7 pagi. Puncak semeru luas banget. Kalo gada batu-batuan  bisa main bola kali. Di sisi selatan puncak terdapat kawah Jonggring yang tiap 15 menit erupsi dan juga nisan dari Soe Hok Gie yang wafat karena gas beracun kawah ( makanya jalur selatan ditutup ). Ketika kami puas poto-poto dan menyanyikan lagu “ FTTM putra Ganesha” sebagai penuntasan misi, kami pun menghadapi konflik baru. Kemana Wawan ?




MAHAMERU – KALIMATI


            Berbeda dengan sensasi naik. Sensasi turun di zona non-vegetasi sangat menyenangkan namun merusak sepatu. Jadi kalo mau turun tinggal merosot-merosot aja, iya kaya main ski, udah gitu waktu yang dibutukan kebawah kurang dari 3 jam. Cuma resikonya sepatu bakalan rusak


Bahaya Semeru yang gw tau ada dua, 1) bebatuan di zona non-vegetasi, 2) blank 75 waktu ketemu cemoro tunggal gw buru-buru belok kiri karena takut nyasar ke blank 75. Saking seringnya menelan korban, blank 75 sampai disebut sebagai death zone-nya Semeru. Setelah melewati batas vegetasi kami menyoroti pemandangan sekitar yang ternyata berubah tadi malam “ ini kita yang nyasar apa emang longsor? “. Akhirnya kami sampai di Kalimati dan mendapati Wawan ada di dalam tenda . nyusahin juga. Kamipun bersih-bersih badan ( ya sampai segitunya karena debu non-vegetasi sangat dahsyat) dan merencanakan kepulangan, sampai akhirnya semua personil ketiduran. Bangun-bangun udah gelap, waktu kita cek taunya udah jam 6 sore, masyaAllah. Dari sini muncul konflik baru, ada yang mau langsung jalan dari Kalimati – Ranupani, ada juga yang lebih realistis jalan dari Kalimati – Ranukumbolo


KALIMATI – RANUKUMBOLO


            Seperti sebelumnya udah gw ceritain trek dari Kalimati ke Ranukumbolo yakni melalui cemoro kandang alias ngebelah hutan cemara. Perjalanan malam ini cukup berat bagi gw. Bukan karena dinginnya, tapi karena gelapnya dan kita masih harus ngebelah hutan. Sering kali kawan gw, Adit itu jatuh karena headlampnya udah redup sehingga kakinya sempat terkilir ( tapi aman). Okta pun nafasnya mulai berat lagi. Kamipun membelah Oro-oro Ombo dan mendapati bunga ungu tadi mekar kalo ada embun. Kembali, setelah menuruni tanjakan cinta, udara dingin Ranukumbolo kembali menyambut kami. Melihat kondisi beberapa kawan kami dan mempertimbangkan medan Ranukumbolo- Ranupani yang lebih hutan, Alef dan Agus memutuskan untuk ngecamp disini.


RANUKUMBOLO – RANUPANI.


            Kan rencananya ngejar jeep yang udah dibooking dan harus sampai di Ranupani jam 12. Sayangnya kita malah baru ciao jam 9, karena sebelumnya kita harus ngepack sampah dan ngambil sampah yang dititipin . Langsung aja dari Ranukumbolo di gas dengan tenaga penuh, bahkan beberapa dari kami lari karena medannya berupa turunan. Dengan tenaga penuh fortunately kami sampai di Ranupani jam 12. Untungnya si bapak-bapak jeep tetep nungguin dengan sabar. Bye Semeru.


RANUPANI – ST BANDUNG.


            Dari Ranupani, kami naik Jeep. Sampai di ps. Tumpang beberapa dari kami ada yang belanja souvenir dulu ( agak ngaret ) dari sini kami kembali naik angkot dengan tarif sama ke st. Malang. Di St. Malang kami berpisah, Alef ke Gresik,  Agus ke Klaten, Baim ke Jakarta. Sayangnya Tiket ke Bandung mahal pisan. Waktu itu 200rban, lebih murah ke Jakarta, Rp. 190.000. sayang gw malah ke Bandung dan balikin Headlamp+matras.

barang/jasa
biaya
tiket st bandung - st malang
190
carter angkot ke basecamp jeep
20
jeep
50
tiket masuk TNGsemeru
75
jeep
70
angkot ke st malang
20
tiket kereta st malang - st bandung
210
total
635



           


Comments

Popular posts from this blog

CATATAN PERJALANAN GN SINDORO 3153 MDPL VIA KLEDUNG

Labuan Bajo

Catatan perjalanan: Kasepuhan Ciptagelar dan Beras Berusia Puluhan Tahun