ENJ ITB 2017 : MATASIRI, KRAMIAN, DAN MASALEMBU PART 2
ENJ ITB 2017 :
TRAGEDI HIU DAN PULAU MATASIRI
12 agustus 2017
Pagi mulai
menyambut. Sesuai jadwal. Kami berencana pulang tanggal 12 ags. Semuanya
packing. Ada yang sarapan, ada yang bungkus makanan untuk bekal di kapal, ada
yang masih packing. Setelah semua selesai, kami pamit pada bu lela dan pak
hamdi, ternyata ada pak hasbi baru kembali dari kotabaru. Pak hasbi ini adalah
abang dari pak hamdi, pemilik rumah yang kami tumpangi selama 6 hari, beliau
yang memberi informasi tentang marabatuan lewat satria.
Semua barang
diangkut, jepa, makanan, bahkan frambosen fayed. Tiba di dermaga, suasana
menjadi haru, bukan saja orang-orang, alam pun mulai feeling blue dan
menurunkan gerimis. Sanus 57 membunyikan klakson tanda akan berangkat. Setelah
pamit. Kami berlayar dengan kapal kecil untuk sampai di kapal sanus 57 yang
berlabuh.
Kami disambut oleh ABK basah2an. Langsung kami tempati kasur-kasur
yang dulu kami tempati.
Destinasi selanjutnya adalah maradapan, island of
banana. Namun kali ini tidak ada pisang untuk diangkut sehingga deck terlihat
kosong. Berlayarlah kami ke matasiri, endemiknya malaria, tiba pukul 11 dan
berangkat pukul 23. Karena bosan saya jalan-jalan ke bagian belakang kapal.
Ternyata ada dua abk yang sedang memancing.
Mereka memancing hanya dengan
menggunakan benang gelasan, 3 kail, umpan sotong dan pemberat, hari itu sangat
mengejutkan. Kami mendapat 2 jackpot. Yang pertama adalah ikan konya, cukup
besar dengan kisaran berat 3-4 kg, dengan bintik-bintik tosca pada sisiknya.
Yang kedua adalah anak ikan hiu, panjangnya sekitar 60cm, agak keras badannya,
dan kasar kulitnya.
ikan konya |
jangan ditiru guys, hiu ini ke pancing karena satu dan lain hal |
pembelaan : sebenarnya hiu ini tidak kami lepaskan karena kailnya tersangkut terlalu lama dalam mulutnya, bahkan ABK telah berupaya melepaskannya, namun 15 menit berlalu. daripada dia mati pelan-pelan karena gabisa nafas lebih baik langsung dibunuh.
Seraya
mancing, denis, salah Satu abk, nyariin dhany. Ternyata ada 4 orang ekspeditor
menghilang. Usut punya usut mereka pergi ke matasiri, padahal hari sudah
petang. Oknumnya adalah isma, zalza, wahyu, dan kevin.
Sayangnya mereka ga
bilang ke siapapun, bahkan ke abk juga ga bilang. Sampai sekarang masih belum
balik. Padahal ada perubahan rencana, berlayar jadi jam 6, karena angin sedang
kencang. Semua pada keos. Para ekspeditor mau nelpon gada sinyal. Para ABK mau
turun kaya ragu-ragu. Karena konon, selain malaria, pulau ini sangat mistis,
apalagi waktu itu matahari sudah tergelincir, dan langit mendung.
Suasananya
sangat mencekam. Takutnya di sana itu gada yang bisa bahasa indonesia, lebih
parah lagi kalau gada yang mau mengantar. Akhirnya chief sambil ngomel-ngomel
nurunin sekoci, pas sekoci masih setengah tergantung.tiba -tiba ada kabar dari
anjungan.
Terlihat sekelompok orang bergerak ke dermaga, menaiki sampan menuju
kapal. Chief di bagian belakang kapal meminta orang anjungan untung memastikan
kebenarannya. Ternyata benar adanya mereka naik perahu motor ke arah sanus.
Kami dengarkanlah penjelasan mereka, Ternyata mereka ikut kepala desa keramaian
yang singgah ke matasiri, jadi fix pasti kembali ke sanus. Hanya saja gatau jam
berapa. Mereka meminta maaf. Sembari matasiri tertutup kabut mistis, sanus pun
berlayar meninggalkan pulau mistis itu pada pukul 22.
Testimoni oknum : "sebenarnya matasiri ga semenakutkan yang orang-orang kira, malaria yang ada disini ga terlalu parah namun karena ga dapat perhatian dari pemerintah jadi terlihat mengerikan, asal tidak tidur sampai siang. lalu disana terdapat satu sd yang atapnya sudah bolong-bolong... " jadi tolong deskripsi penulis yang diparagraf pertama tadi jangan di telan mentah-mentah ya guys
Kami berbelok ke timur. Mengarah ke pantai yang ada pulau pasir terisolasinya a.k.a gosong. Untuk sampai ke gosong, kami harus menyebrangi laut dangkat sepaha dengan jarak +-200m. Penulis sangat parno karena banyak benda yang penulis curigai dan ga boleh diinjak.
ENJ ITB 2017 :
MENYAPA KELAPA, CAMAR, DAN PARI KRAMIAN
13 agustus 2017
Ketika bangun
dipagi hari, kami sudah bersandar di keramaian. Penulis merasa ada yang aneh.
Pada pelayaran yang sebelumnya sanus 57 tidak mau bersandar pada pelabuhan
keramaian. Sarapan pagi dimulai di mesh room. Ternyata kapal akan bersandar
dari pukul 6 sampai pukul 7, pukul 7 esok hari
.... Karena bosan. Kami turun ke
pelabuhan sekitar jam 8. Dan menghampiri pulau keramaian. Pelabuhannya cukup
elok, tapi sekali lagi kenapa gaboleh sandar... Awalnya kami berjalan ke arah
barat. Penulis udah menenteng tas berisi celana ganti dan handuk. Rencananya
adalah mau berenang di pantai. Ternyata pantai barat sangatlah jauh dan hanya
ada batu karang hitam tanpa pasir, ungkap warga.
Sehingga kami bertolak ke arah
timur. Cukup setengah jam kami tiba di pantai timur. Sesuai ekspektasi,
pasirnya coklat. Namun penulis mengurungkan niat renang penulis karena pasirnya
sedikit.
view pantai timur kramian, nampak tower yang hendak kami singgahi |
inframe : aya yang kehilagan keanggunannya |
Untungnya ada hiburan lain, ada warlok yang lagi metik kelapa,
sehingga Kami diberi kelapa muda, baik airnya maupun dagingnya. Wah sangat
segar. Penulis minum air kelapa dari satu kelapa dan makan daging kelapa dari
1/2 kelapa. Langsung kenyang bor. Semuanya pada mabok kelapa, akhirnya beberapa
ga abis, akhirnya dikasih ke kambing.
kambing ini bahkan mau memakan serabut kelapa |
inframe : fadli, ga di kota ga di pulau cara paling praktis mengupas serabut kelapa adalah dengan linggis yang di asah |
Btw ga cuma kami yang mabok. Disini
banyak banget sampah komix. Katanya orang sini mabok dengan mengkonsumsi
puluhan komix.
Setelah puas.
Kami kembali berjalan ke arah dermaga, di tengah jalan, penulis melihat
seorrang ibu menghampiri ute, membawa 1 Tupperware berisi telur-telur penyu.
Singkatnya ute dkk diajak makan, . Rombongan mereka pun enyah. Setelah itu penulis
dapat info kalau harga 1 telur ayam negeri adalah 5k, 1 telur ayam kampung 2k,
1 telur penyu 2k. Sementara itu rombongan penulis pun terjebak hujan sehingga
kami berteduh di warung.
keterangan: telur penyu ini setelah dimasak tidak seperti telur lainnya, bagian putihnya tetap berlendir seberapa lamapun durasi memasaknya, sementara kuningnya telah matang seperti telur biasa.
Hujan usai,
kami berlekas ke sanus 57 untuk makan siang. Ternyata ada yang aneh sama warna
lautnya sehingga kami poto-poto dulu. penulis, aisha, dan satria adalah
rombongan paling belakang. Mereka bedua poto-potoan mulu. Sampai akhirnya penulis
liat kebelakang ada awan hujan mendekat, kami bertiga lari terbirit-birit.
Pulau yang tadinya terlihat menjadi tertutup. Baju dan tas penulis basah kuyup.
Sambil menghabiskan waktu penulis main kartu dengan ekspeditor lainnya.
calm before the storm |
Tibalah pukul
14.30. kami memutuskan untuk mendarat lagi. Di dermaga kami menyaksikan parade
ikan-ikan kecil lompat2 dari laut karena dikejar predator. Sampai di kantor
syahbandar. Penulis dan satria memisahkan diri dari rombongan utama karena niat
kami dari awal adalah berenang, bukan nonton bola.
inilah yang disaksikan rombongan lain, nonton bola, tapi mereka tidak berpartisipasi dalamnya |
setelah nonton bola, mereka, kru dan ABK pergi ke pantai barat untuk foto-foto |
Kami berbelok ke timur. Mengarah ke pantai yang ada pulau pasir terisolasinya a.k.a gosong. Untuk sampai ke gosong, kami harus menyebrangi laut dangkat sepaha dengan jarak +-200m. Penulis sangat parno karena banyak benda yang penulis curigai dan ga boleh diinjak.
Di tengah2 gosong terdapat puluhan
hingga ratusan burung camar. Mereka sangat waspada. Padahal Penulis masih
berjarak 50 m dari mereka. Sehingga mereka berpindah ke gosong lainnya. Untung
satria mengabadikan momen ini dengan slr nya. Sampai di gosong pertama penulis
mengejar burung camar dan berhasil direkam.
burung-burung camar kabur ketika kami mendekat, tower yang hendak kami singgahi |
Sampai di gosong ke dua, kami poto
siluet. Ternyata ada orang berbaju merah mengikuti kami. Dia adalah dhany si
korlap. Dia mengingatkan bahwa dia melihat pari ketika dalam perjalanan. Penulis
bergidik. Padahal kami sudah sampai gosong ketiga dan berniat berenang ke
tower. Tapi satria melihat ada pari. Dan lagi, ada 2 pari... Kami mengurungkan
Niat untuk berenang ke tower. Dan kembali ke pantai. Setelah berenang,
nikmatnya makan baso. Kami bertolak ke barat. Mampir dulu di warung baso sambil
nunggu rombongan yang nonton sepak bola. Namun tak kunjung tiba. Fyi baso
disini berasa banget ikannya ada sekitar 6 butir baso+sohun dibanderol 8k.
Matahari Mulai lengser. Azan berkumandang. Kami mencari masjid yang menyediakan
sarung. sayangnya tidak ada.
keterangan : ternyata guys, pari tak serta merta menyengat seperti nyamuk, dia hanya menyengat kalu terinjak. untuk menghindari ini lakukan jalan sambil shuffle ( ini serius )
pulangnya kami ke kapal, ternyata kapal telah dipenuhi oleh orang-orang kramian, layaknya wahana. maklum sebelumnya kapal ini tak boleh berlabuh di pulau ini.
tak disangka langit dipenuhi bintang, penulis, fayed, pandu, dan dhany berusaha mengabadikan lukisan ciptaanNYA
.
tak disangka langit dipenuhi bintang, penulis, fayed, pandu, dan dhany berusaha mengabadikan lukisan ciptaanNYA
milky way yang tipis |
kami goyang-goyang serasa bawa motor kecepatan 40km/jam |
ENJ ITB 2017 : PARA
PEMBAWA PESAN SANG LAUT KE SANG BUKIT
14 agustus 2017
Pukul 7 kapal
mulai berlayar ke pulau masalembu, ombaknya cukup besar sehingga penulis
putuskan untuk Kesamping kapal menikmati guncangannya. Kami melihat ada hiu.
Karena tinggal sendirian, penulis turun ke bawah buat tidur.
sidik yang menikmati dentuman ombak |
Singkat cerita
kami sampai di p. Masalembu di tengah hari. Tiada hari tanpa jalan-jalan,
setelah main kartu pada pukul 14.30 kami berniat pergi ke pantai. Cuma ditengah
jalan terjadi debat, mau ke barat atau timur.
aya sedang bermain dengan anak-anak |
Sekilas pantai
timur cukup menggoda karena pasirnya jelas terlihat, dan juga kami bisa mampir
ke pantai sukajeruk. Namun akhirnya kami ke barat karena ingin berburu sunset.
titik berdebat |
Ada 20 orang
kali ini yang ikut, sehingga mobilisasi agak lambat. Saking lamanya penulis,
fadli,dan fayed bisa solat ashar dulu. Fyi masjidnya bagus banget. Tak disangka
kami ketiban duren. Di mesjid kami bertemu pak haji ridwan, yang katanya orang
terkaya di masalembu, dia bersedia mengantar kami dengan pickup nya, tapi harus
nunggu dulu 30 menit untuk selesai tahlilan. Kami ditawarkan kepantai yang ada
di utara pulau.
salah satu masjid masalembu |
Karena ada 20
orang, beberapa harus berdiri. Serasa main temple run, ketika belok merasa
terlempar, seringkali ada ranting pohon dan kabel sehingga kami harus spontan
menunduk. Ternyata pantai utara ini dipenuhi bakau dan super surut. Setelah
berjalan 200 meter airnya masih setinggi mata kaki, disini kami bisa melihat
bukit masalembu dan kapal karam dengan jelas.
temple run akan dimulai |
pantai cemara |
Namun karena
tidak memungkinkan untuk berenang, kami diantar lagi ke pantai cemara, letaknya di barat laut. Disini banyak
cangkang kerang besar, beratnya sekitar 3-5 kg. Namun masih super surut.
Kami diantar
lagi menyusuri pantai barat melihat sunset. Ternyata kawasan barat dan utara
didominasi oleh rumah panggung, berarti di
dominasi orang bugis. berhenti di kawasan pantai masalima. Karena sudah
ke pantai ga afdol kalo ga berenang. Akhirnya penulis fadli fayed hardian
berenang, eh taunya ada orang yang BAB ditepi pantai. Azan magrib berkumandang.
Kami segera, menaiki pickup.
pokoknya paling kiri penulis, tangan besar juga ya |
Makan malam.
Slem membuat
wacana, hiking gunung masalembu. Oknumnya ada 11 orang, penulis, slem, fayed,
pale, rian, pandu, Fadli, dhany, satria, wahyu, . Dengan gear lengkap kami
berjalan mantap ke kantor sah bandar. Lalu kami menunggu mapala setempat datang.
Ada sekitar 30
menit, Mobil pickupnya muncul. Kami mengarah ke timur lalu belok ke utara,
sesekali mobil mogok, namun terakhir kali mobil mogok pas di tanjakan, mobilnya
pun sudah tak kuat lagi. Padahal tadinya si fadli mau bawa pickupnya sendiri, dan
subuh balikin lagi sendiri. Untungnya tidak begitu. Jadinya kita jalan lebih
jauh dari yang seharusnya. Ternyata masih banyak rumah warga disekitar gunung
ini, sesekali penulis soroti dua buah benda yang memancar dengan terang.
Awalnya penulis kira itu yang aneh-aneh. Ternyata itu mata sapi...
Sesampainya
kami di rumah kades, kami minta izin untuk naik. Dan kami di briefing oleh
kalpataru dan fahrul untuk tetap positive
thinking apabila melihat atau mendengar yang aneh-aneh, jangan lupa
permisi karena kita adalah pendatang baru disini.
Kami mulai
dengan kecepatan tinggi. Awalnya trek adalah hutan, namun selang beberapa menit
sudah nampak jelas mercusuar di puncak bukit, seiring berjalannya waktu Pohon
pohon rindang pun mulai hilang, kami istirahat sebentar untuk mengatur nafas.
Lanjut lagi jalan dan sampai ke puncak. Tiba-tiba hp seseorang berdering.
Ternyata kapten menghubungi kami dan Tidak mengizinkan.
Alhasil
terjadilah pertikaian diantara kami, ada yang pro, ada yang kontra keputusan
kapten. Masalahnya adalah pale sudah meminta izin langsung dari chief, dan
diterima. Pas banget sampai di puncak baru dikabari kalo gaboleh.
Perdebatan di
mulai, golongan pro berargumen karena kita tidak minta izin ke kapten secara
langsung, maka kita harus menerima konsekuensinya. Golongan kontra berargumen
kalau perjalanan turun malam hari itu sangat bahaya, ditambah lagi kondisi
ekspeditor yang lelah dan sudah terlalu nyaman. Hp pun kembali berdering.
Kapten memerintahkan kami untuk segera pulang, jika tidak tiket kami akan dicabut
dan harus beli tiket lagi.
Kami pun wajib turun, tapi argumen dari
golongan kontra masih belum terakomodasi. Akhirnya kami minta tolong untuk
dicarikan mobil pickup lagi untuk menjemput kami di kaki bukit. Seraya menunggu
kepastian, kami berusaha mengabadikan panorama langit yang ada dan mercusuar.
Pick up nya fix ada. Kami mulai turun. Perjalanan sama beratnya dengan
sebelumnya, karena medan yang terjal, seringkali penulis terpeleset, hingga
sendal penulis putus. Penulis jalan agak jauh dari rombongan karena ketika di
kaki bukit penulis sangat khawatir ada beling, jadi penulis jalan pelan-pelan
dan sangat waspada.
salah satu alasan saya main ke tempat gelap, karena minim polusi cahaya dan banyak bintang terlihat |
Kami menemukan dua ABK yang mencari kami
sedang naik motor. Sehingga kami berhenti dan menunggu pickup. Ternyata yang
menjemput kami cukup banyak, sampai pas kami naik pickupnya sangat penuh.
Sampai di kantor sahbandar kalpataru dan fahrul di turunkan, sungguh kami
merasa sangat tidak enak hati pada mereka berdua, sepertinya mereka kecewa.
Padahal Mereka sudah berbaik hati mau mengantar kami, malah begini jadinya. Kami
menghadap kapten. Rupanya kepercayaannya pada hal yang mistis masih sangatlah
tinggi. Itulah alasan dia menjemput kami. Rasa kecewa masih terbawa sampai
tidur.
ENJ ITB 2017 : HARI
TERAKHIR DI SANUS 57
15 agustus 2017
Seperti biasa,
penulis bangun agak siang pukul 7 dan langsung makan. Karena hari ini berangkat
pukul 14, sehabis makan Penulis dan fadli langsung mewacanakan berenang ke
pantai sukajeruk, namun ekspeditor lainnya bilang kalau pantainya tidak sebagus
yang kami kira.
alhasil kami
berenang di dermaga, cukup dalam sekitar 6-8 m. Awalnya cuma penulis fadli dan
aya. Dan kami kesulitan untuk naik karena gada tangga, yang ada hanya tali yang
terikat pada sisi dermaga, sehingga kami bisa naik. Tapi perlu pengorbanan
besar karena beberapa orang berdarah-darah
karena kerang yang menempel di tiang pancang dermaga.
Akhirnya yang
lain pada ikutan berenang, amsari dengan life jacketnya, bahkan kapten dan
dandy pun turut serta. Karena kapten ikut serta dia memerintahkan ABK yang ada
di dermaga untuk Mengambil sejumlah lifebuoy. Kami berenang dengan ria.
gagal buat lingkaran |
Kami membuat
kompetisi menahan nafas. Nanti kalo sudah ada dua orang terlama. Akan diadu
dengan dandy. Munculah nama penulis dan fadli. Akhirnya kami adu kemampuan
selam. Kami diminta untuk memungut pasir yang ada di dasar. Akhirnya cuma dandy
yang bisa. Karena kurang puas kami berenang sampai kantor sah bandar, sayangnya
pantai di depan sahbandar dipenuhi
sampah, Sehingga di tengah jalan kami berbelok ke arah barat karena melihat
ada rumah aneh di tengah laut.
Kami, penulis,
sidik, sonny, fadli, rafid, pale, aya, ute berenang ke sana. Ditengah
perjalanan kami menemukan perahu yang ada sampan nya. Entah apa yang Aya dan
sidik bilang, mereka bisa mengakuisisi sampannya. Mereka terlihat sangat unyu. Naik sampan berdua di tengah laut yang
indahnya bisa dibilang mirip maldives bak bulan madu.
Singkat cerita
kami sampai dirumah aneh itu. Ternya itu adalah keramba, tempat penampungan
ikan. Saat itu juga penulis mengerti
fungsi ban yang diikat dipinggir kapal. Adalah untuk dipanjat. Sayang
sekali kami tidak membawa kamera untuk mengabadikan momen ini.
kami bertemu
dengan pemilik keramba yang datang beberapa menit kemudian, dia menyetor lobter
tangkapannya. Sehingga untuk kembali ke dermaga kami hanya perlu menumpang,
sementara aya dan sidik sekali lagi sangat romantis, mereka harus mengembalikan
sampan yang dipinjam. Tiba-tiba kami
melihat ada orang aneh berenang sendirian di tengah laut ke arah keramba,
ternyata lagi-lagi dia adalah dhany, kami langsung mengangkut dia. Dan
bersandar di dermaga.
Singkat cerita
kapal berlayar terlambat, yakni pukul 15. Kondisi kapal sangtlah ramai
penumpang. Seringkali kumpulan kasur kami dilirik oleh penumpang lainnya.
Maklum mereka mencari nomor kasur yang ada di tiket mereka. Jahatnya sahbandar masalembu adalah mereka tega membohongi
orang-orang mereka sendiri. Tiket yang harusnya sekitar 20k dibanderol sekitar
40-50k atas iming-iming jatah kasur. Praktik ini ilegal adanya. Karena soal
perkasuran ini, siapa cepat, ia dapat. Ga berlaku yang namanya jual kasur. Karena
kapal mulai berangkat, penulis pun tertidur lelap. Malamnya bangun, makan di
mesh. Setelah selesai makan, penulis langsung ke deck. Ternyata lampu di deck
dimatikan agar orang di anjungan dapat melihat kapal lain. Sementara penulis
menulis catatan ini sambil bermandikan bintang dari galaksi bima sakti. Secara
random ada awan hitam besar menghadang di depan, entah apa isyarat yang
ditunjukan semesta pada penulis.
ENJ ITB 2017: ADA PERTEMUAN, ADA PERPISAHAN
16 agustus 2017
tidak ada yang istimewa hari ini kecuali kami kembali menemukan sinyal, menyaksikan betapa kotornya laut gresik dan surabaya, serta poto-poto perpisahan dengan ABK dan crew
Comments
Post a Comment