ENJ ITB 2017 PRE MARABATUAN : MASALEMBU, KRAMIAN, MATASIRI, DAN MARADAPAN
6 agustus 2017
Menyesal
tak terbangun dipagi hari, itulah yang terbesit dibenak setelah melihat
poto-poto sunrise dari kamera satria. Mungkin seharusnya itu sunrise pertama
penulis di laut. Karena selama ini penulis menyaksikan sunrise dari atas
gunung.
sunrise captured by satria nugraha
Singkat
cerita kami sampai di pulau Masalembu, sekilas terdengar seperti program acara
dari N*ET T*V. ini pertamakalinya kami bersandar di pelabuhan. Airnya sangat
jernih, pasirnya putih sayang banyak sampah di pinggir pantai, kami tak sempat
mengeksplor pulau ini karena kapal hanya bersandar selama tiga jam. Alhasil yang
kami lakukan adalah makan, dan buat penulis dan dhany, kami berenang di pinggir
pantai. Disinilah kamera underwater abal-abal penulis mengalami kerusakan.
makan balakutak (sejenis sotong ) masih lengkap bersama tintanya
makan udang murah
hijaunya laut masalembu
ironi
Sorenya
kami sampai di pulau keramaian (tapi orang lokal lebih sering menyebutnya
kramian ). Anehnya, walau pelabuhannya bagus, tapi sanus 57 tidak bersandar
pada kramian, katanya sih karena izin dan sebagainya. Air sedang surut sehingga
daratan pantai yang berpasir coklat terlihat sangat luas dari kejauhan, bahkan
ada yang bermain bola disana, bak orang brazil saja. Beberapa oknum ada yang
turun ke pulau, satu-satunya yang penulis ingat adalah Fadli, karena dia
berteman baik Robi, warlok kramian, entah apa yang mereka lakukan disana. Yang jelas
ketika matahari sudah menghilang dari cakrawala, sanus 57 kembali bertolak ke
utara, sembari berlayar kami mendengar cerita hidup chief yang sangat inspiratif.
transport dari sanus 57 ke kramian , captured by antaliesta
7 agustus 2017
Pagi gada
sunrise, liat 3 pulau. Matasiri, maradapan, dan kalambau. Sekilas teringat chat
di grup enj kalsel 2017, katanya 3 ini angker dan kata ABK, pulau kalambau itu
kalo didekati malah hilang.
Sampai di
matasiri, tidak ada pantai pasir, yang terlihat dari jauh hanyalah kuburan dan pulau endemik malaria yang bentuknya seperti bukit Merese
raksasa yang super panjang .kami tidak bersandar di dermaganya karena
dermaganya belum layak, Ada 1 perahu
full pisang diangkut ke sanus 57. ABK pun menyambut pisang dan beberapa dari
kami membantu, ada juga ABK yang mencatat jumlah bonggol pisang yang
dipindahkan. Ada satu sampan isi bapak
bisu kasian udah 40 tahun belum menikah. Orang bugis masih menerapkan budaya “membeli”
pengantin wanita, jadi bapak ini karena gapunya uang makanya belum menikah, dia
membawa satu bonggol pisang dan disambut baik oleh ABK.
in frame left to right : chief, penulis, dan sidik a.k.a bolang
Sampai di Maradapan,
85% pohon pisang. Desanya cuma secuil, Bentuknya mirip dengan Matasiri namun lebih kecil. Lagi-lagi
kami tidak berlabuh di Maradapan dengan alasan yang sama dengan matasiri . Dua perahu full pisang diangkut ke sanus.brgkt jam
1.
Sampai di
marabatuan langsung dijemput pak hamdi pakai perahu. lagi-lagi kami tidak bersandar pada dermaga karena dermaga utama tak kunjung usai dibangun. Tulisan selamat datang di
pulau Marabatuan yang merupakan karya enj tahun lalu menyambut kami. Carrier dilempar-lempar di dermaga, memang orang sini kuat-kuat..kami
Langsung dsmbut di rumah pak hamdi. Makan nasi+ikan. Rumahnya bagus. Sinyal cuma
ada telkomsel. Kudu ke dermaga dulu. Listrik Cuma ada jam 6-6 pagi kecuali
untuk hari jumat listrik ada sejak solat jumat dan hari minggu listrik ada
untuk 24 jam. Sembari menghabiskan hari beberapa ekspeditor mengabari
keluarganya, ada yang jalan-jalan, ada yang menghabiskan waktu dengan ABK
karena mereka akan berangkat jam 11 malam.
pak hamdi menjemput kami dengan perahu
karya ENJ kalsel 2016
dermaga dari sisi pulau, terdapat pulau denawan di utara, captured by satria
biduan ini sangat lihai menjadi ibu rumah tangga
Comments
Post a Comment